Salah satu kegiatan yang paling saya sukai dari kecil adalah membaca. Bagi saya, saat membaca, bukan hanya saya mengetahui banyak informasi, tetapi saya juga bisa santai sejenak. Dan sejujurnya saat saya sekolah dari SD sampai dengan kuliah, saya hanya datang ke perpustakaan sesekali saja walaupun saya suka membaca. Mengapa? Karena saya tidak tahan dengan bau buku tua dan bau apek di dalam perpustakaan (no offense ya). Bagi saya, berbeda dengan perpustakaan diluar yang wangi dan terang, perpustakaan saat saya sekolah terkesan gelap dan apek.
Namun pandangan itu berubah saat kami dan teman-teman mengunjungi perpustakaan nasional yang baru saja diresmikan pada 14 September 2017 yang lalu. Pertama kali Duo Lynns menginjakkan kaki di tempat ini, Duo Lynns cukup norak melihat gedung perpustakaan yang besar. Pengalaman mereka hanyalah mengunjungi perpustakaan di Cikini. Desain gedung yang seperti buku terbuka ini membuat gedung baru ini terlihat begitu megah. Dan bukan saja gedungnya yang megah, parkirannya pun banyak. Dengan adanya parkiran
basement para pembawa kendaraan bermotor menjadi lebih tenang saat berkunjung ke sini.
|
Perpustakaan Nasional |
Kami membuat kartu anggota dan langsung menuju lantai 7 yang memang dikhususkan untuk anak-anak. Saat masuk ke situ, hilanglah semua bayangan akan perpustakaan yang membosankan. Sayangnya kunjungan kami yang pertama hanya sebentar, dan anak-anak lebih banyak bermain di
playground yang berada di dalam ruangan. Hmm, adanya
playground memang membuat anak tergoda untuk bermain.
Belum merasa puas, kami pun mengunjungi kembali perpustakaan ini bersama-bersama teman-teman yang berbeda. Karena papa sibuk, maka om Grab yang mengantar kami. Dari depan gedung, kami diarahkan satpam untuk masuk ke bangunan tua. Kami pun manut dengan pak Satpam. Dan memang ketaatan akan menghasilkan buah yang baik bukan?
Bangunan tua ini menyimpan pameran benda-benda yang berhubungan dengan sejarah perpustakaan dan juga sejarah atau bagaimana cara orang menulis. Dan yang cukup mengejutkan kami, mereka memadukan lukisan di dinding dengan gambar interaktif dari proyektor.
|
Diantara dua pilihan.... |
|
Quote dari R.A. Kartini |
Dari pameran yang ada, kami mendapatkan beberapa informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, karya rekam termasuk digital, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Dengan kata lain, perpustakaan bukan hanya mengenai pengumpulan buku, namun juga menjaga buku-buku tersebut dan mengorganisir buku-buku tersebut sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan apapun.
|
Perpustakaan keliling yang akan mendatangi daerah-daerah terpencil agar semua anak dapat membaca. |
|
Peta Indonesia secara interaktif. |
|
Gambar interaktif yang dipadukan dengan lukisan di dinding. |
|
Berbagai sarana untuk menulis, dari bambu, daun lontar, kayu ulin, hingga kertas. |
Setelah puas
berfoto melihat-lihat, kami pun berpindah ke gedung baru, Gedung baru ini terdiri dari 24 lantai. Setiap lantai mempunyai berbeda isinya. Lantai 1 merupakan lobby hall dan display. Di lantai ini ada beberapa cafe yang dapat dikunjungi oleh pengunjung perpustakaan yang sedang kelaparan atau mencari cemilan. Lantai kedua adalah tempat layanan keanggotaan. Apa sih keuntungannya menjadi anggota perpustakaan? Ya pasti dapat meminjam buku yang kita mau. Pembuatan kartu ini tidak lama, tetapi yang membuat lama adalah banyaknya orang yang ingin mendaftar. Disarankan mendaftar dulu secara online di website mereka. Jadi sampai sana tinggal mengantri untuk foto dan mengambil kartu.
|
Direktori Gedung Perpusnas. |
Seperti waktu yang lalu, lantai yang kami tuju adalah lantai 7, tempat yang menjadi surga buku bagi anak-anak. Berbeda dengan saat pertama kali kami datang, sekarang sudah tidak ada tempat mainnya. Suatu hal yang baik, jadi anak-anak dapat lebih semangat membaca buku. Buku-buku di sini lumayan lengkap loh. Ada buku-buku cerita, buku terbitan Grolier, buku-buku berbahasa Inggris, ensiklopedi, dan buku-buku lainnya. Yang menarik adalah pilar-pilar di lantai ini dihiasi wall paper yang berisi cerita-cerita rakyat, seperti kisah Raja Ampat, sungai Landak, dan Tadulako Bulili.
|
Salah satu rak yang berisi buku-buku. |
|
Dinding bercerita |
Karena banyaknya buku yang menarik, kami pun bertanya kepada petugas perpustakaan apakah kami dapat meminjam buku. Ternyata kami hanya dapat membaca, bukan meminjam. Alasannya karena buku-buku di perpustakaan nasional Salemba belum semuanya dipindahkan ke sini. Jadi untuk sementara pengunjung belum dapat meminjam buku.
|
Asyiknya membaca... |
Buat yang membawa tas, kita dapat menitipkan di loker yang disediakan. Jadi acara membacanya akan lebih enak dan kita pun tidak akan dicurigai membawa buku tersebut pulang (eh...). Untuk yang membawa bayi, di sini juga ada
nursery room. Dan dibagian luar terdapat bagian outdoor yang dapat digunakan untuk aktivitas anak. Menarik bukan? Rasanya saya betah di dalam sini seharian.
|
Sudut membaca yang nyaman |
Oya, di sini juga ada panggung. Mungkin untuk acara-acara istimewa. Dan begitu melihat panggung, anak-anak ini langsung lupa daratan dan sibuk berpose diatas panggung. Untungnya hari itu perpustakaan sepi, kalau tidak kami bisa dipelototi oleh staff yang ada.
|
Lupa daratan jika melihat panggung. |
Setelah puas berfoto, dan sudah jam makan siang, kami pun memutuskan untuk pulang. Tentu saja acara bermain dan membaca di sini tidak cukup sekali saja. Akan ada kesempatan lain dimana kami bisa membaca kembali di sini. Dan seperti kata R.A. Kartini diatas, untuk memajukan masyarakat dibutuhkan peran serta keluarga. Salah satunya dengan cara menjadikan membaca di dalam keluarga.
Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal ~ R.A. Kartini
Perpustakaan Nasionalwww.pnri.go.idJl. Medan Merdeka Selatan no.11 Senen, Gambir, Jakarta Pusat
Jam operasional: 07.30 - 18.00 (hingga 16.00 untuk Sabtu dan Minggu)
Post a Comment