Arti di Balik Nama Kampung di Yogyakarta
Jika tempo hari kita telah mengenal nama � nama unik jalanan di Yogyakarta, kini saatnya menelaah makna dari berbagai nama daerah di kota pelajar ini. Sebelum membahas kampung � kampungnya, mari kita tengok dulu asal � usul nama Jogja !
Menurut sejarahnya, nama Yogyakarta yang Anda kenal sekarang ini merupakan pemberian dari Pakubuwono II, raja Mataram, yang juga kakak dari Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I).
Lewat perjanjian Gianti pada tanggal 15 Februari 1755, kerajaan Mataram dibagi dua, dan salah satunya menjadi milik Sultan HB I.
Setelah diangkat menjadi raja, Hamengku Buwono I mencari lokasi untuk didirikan istana. Pilihan jatuh di Garjitawati, kawasan hutan atau alas Beringan (kini Beringharjo), sehingga istananya disebut Pasanggrahan Garjitawati. Seiring waktu, nama istana tersebut diganti Ayogya atau Ngayogya oleh Pakubuwono II. Nama tersebut disinyalir terinspirasi dari kisah Ramayana. Perlu Anda ketahui bahwasannya dalam epos Ramayana, Ayodhya adalah kerajaan dari Sri Rama atau Dewa Wisnu. Secara umum, Ngayogya bermakna kota yang makmur.
Nah di kawasan kota Jogja terdapat perkampungan, beberapa yang memiliki nama unik terletak di kawasan kraton. Biasanya digolongkan menjadi kampung jeron beteng (di dalam lingkup benteng kraton) dan jaba beteng (di luar benteng).
Salah satu kampung jeron beteng yang bernama unik adalah Patehan. Permukiman warga ini diberi nama Patehan karena dihuni oleh para abdi dalem pembuat teh. Kemudian ada juga Siliran, kampung ini menjadi tempat tinggal abdi dalem Silir yang bertugas menyalakan lampu penerangan di area kraton.
Sedangkan bagi abdi dalem yang memiliki kewajiban menabuh gamelan, ditempatkan di kampung Namburan dan Nagan. Mengapa tidak ditempatkan di kampung Gamelan yang juga notabene juga berada di kawasan kraton ? Sebab ternyata kampung Gamelan tersebut dihuni abdi dalem pembuat tapal kuda.
Masih ada satu lagi, kampung Mantrigawen. Sesuai dengan namanya yang berasal dari kata mantri gawe, kampung ini menjadi permukiman para kepala pegawai kraton.
Lanjut ke kawasan jaba beteng. Secara umum, nama perkampungan di sini dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni pertama, sesuai dengan jabatan penghuni dan kedua disamakan dengan nama kompi prajurit.
Misalnya, kampung Pajeksan yang didiami para jaksa, dan juga Gowongan, kampung tukang bangunan. Sedangkan yang sesuai nama keprajuritan kraton, ada kampung Prawirotaman, Wirobrajan, Patangpuluhan serta Jogokaryan. Pasukan � pasukan ini masih bisa Anda jumpai pada berbagai upacara kraton, seperti grebeg mulud dan juga pernikahan putri Sultan.
Tak ketinggalan pula kampung � kampung bernilai historis lainnya di Yogyakarta, baik yang ada di dalam maupun di luar benteng. Diantaranya adalah Juminahan, Wijilan, Pringgokusuman, Sosrowijayan, Wongsodirjan, Suryonegaran dan Mondorakan. Secara berturut � turut, kampung tersebut merupakan tempat tinggal Pangeran Juminah, Pangeran Wijil, Tumenggung Pringgokusuma, Tumenggung Sosrowijaya, Tumenggung Wongsodirjo, Tumenggung Suryonegara, serta Tumenggung Mondoroko. Kemudian juga ada kampung Kauman yang konon menjadi hunian para ulama (kaum adalah bahasa Jawa untuk menyebut ulama), maka tak heran di sini dapat Anda temukan Masjid Kauman yang tersohor.
Jangan lupakan kampung � kampung yang dihuni beberapa etnis tertentu seperti Pecinan (Tionghoa), Sayidan (Arab), dan Menduran (Madura). Sedangkan ekspatriat Eropa memilih untuk menempati daerah Sagan, Kotabaru dan Jalan Solo. Anda pun bisa menjumpai rumah � rumah khas benua biru di tiga kawasan tersebut. (yogyakarta.panduanwisata).
Apakah Anda tertarik blusukan ke daerah � daerah di atas ?
Peta Yogyakarta
Post a Comment